Bebas

Install MintMenu di Ubuntu 10.04 LTS (Lucid Lynx)

Beberapa waktu lalu ada pertanyaan menarik dari beberapa teman, tentang penggantian menu Ubuntu yang default dengan MintMenu. Karena kebetulan waktu itu masih menggunakan Ubuntu Jaunty (9.04), sehingga untuk mencoba juga masih was-was karena beberapa artikel yang ada, rata-rata untuk Karmic (9.10).

Hingga saat itu saya mencoba juga aplikasi yang mirip dengan hal tersebut, yakni Slab. Tapi tidak lama, karena menurut saya pribadi Slab sangat jauh berbeda dengan MintMenu yang menarik itu.

Tapi tanpa saya nyana dan duga Slab yang saya coba tersebut merupakan framework atau simbah dasar pengembangan dari MintMenu itu sendiri. Eh, eh.. makanya kok saya pikir mirip2 secara penempatan kategorinya, walau berbeda di eksekusinya.

Jika ingin mencoba Slab silahkan gunakan perintah

Continue reading

Standard
Bebas

Solusi Flash Plugin Pada Ubuntu 10.04 x64

Sejak si Lucid masuk ke dalam Dell 1464, ada satu hal yang aneh yang menurut saya pribadi sangat mengganggu, yakni bisa memutar file youtube, namun tidak bisa untuk mengontrolnya. Entah kosa kata itu benar atau tidak, yang jelas ketika misalnya browsing di forum lalu ada embedded video dari youtube selalu saja ketika ingin membuka harus mengklik kanan terlebih dahulu, baru dibuka di youtube. Kesel tenan…

Awal mula saya ketahui adalah ketika itu ingin memutar file dengan ekstensi *.swf, dengan jaunty dulu normal-normal saja ketika saya buka dengan firefox, tapi kok plugin flash yang kemarin saya install kok ngeyel ngga bisa..
Continue reading

Standard
Bebas

Ubuntu lucid (10.04 LTS 64bit) pada Dell 1464

Sudah beberapa hari ini menggunakan Ubuntu Lucid di Dell inspiron 1464. Laptop ini berprosesor i3, sehingga harus menggunakan Ubuntu 64bit atau dikenal dengan amd64, walaupun sebenarnya bisa digunakan pada prosessor apapun selain amd, asal mendukung 64bit.

Setahu saya, di Indonesia terdapat 2 seri dari Dell 1464 ini, yakni yang sudah menggunakan sistem operasi Windows 7 dan satunya lagi dengan DOS dengan selisih harga sekitar 1juta rupiah. Sehingga ketika membeli, saya pribadi lebih memilih Dell 1464 yang masih kosong tanpa sistem operasi karena keinginan lama untuk menggunakan LInux secara total.

Namun ada hal yang menarik ketika membeli laptop ini beberapa hari yang lalu. Entah ‘kelebihan’ toko di Indonesia atau mungkin inilah kelemahannya, yakni laptop ini sudah ada Windows 7 nya. Pertama kali mencoba di toko, saya pribadi kaget, karena jangan2 ini seri yang 1464 yang sudah ada sistem operasi (asli), ternyata menurut penjualnya ini memang diinstalkan oleh teknisinya. Siapakah yg harus disalahkan? konsumen atau si penjual? *Bonus yang useless*

Akhirnya, baru beberapa jam sampai di kantor Pattiro Surakarta hilanglah si Windows 7 bajakan dari Dell 1464 ini, berganti dengan si Lucid Lynx 64bit. Dalam proses installnya ada yang aneh, yakni instalasinya yang sangat lama dibanding dengan ubuntu biasa (32bit). Tapi alhamdulillah semuanya selesai juga. Sampai akhirnya kesulitan mulai datang. Yakni driver wireless.

Tanpa googling, mencoba sendiri lewat Hardware Driver (jockey-gtk) si wifi bisa dikenali, namun ini bukan sebuah masalah, yakni restart dulu sistemnya, dan ketika hidup pertama kali buka Terminal dan ketikkan:
sudo jockey-gtk
*jangan membuka Hardware Driver dari pojokan kanan.
dan pilih yang STA dari Broadcomm. Tapi yang harus diingat lagi adalah harus ada koneksi internet terlebih dahulu. sangat berbeda dengan release yang sebelumnya yang tak harus menggunakan koneksi pun sudah bisa.

Continue reading

Standard
Bebas

Sejarah Linux Backtrack

ke-hermaprodhit-an itulah yang kadang kala membuat banyak orang menjadi lelah dan putus asa untuk kembali mempelajari linux

Dari dulu ketika mulai mengenal linux selalu saja terbayang-terbayang tentang sebuah sistem operasi yang susah, menyulitkan dan penuh dengan mata yang berkaca-kaca (entah bahagia, entah benar-benar menangis karena data hilang).

Sebagai sebuah sistem operasi lengkap, linux memiliki kulturnya sendiri. Kalau sistem operasi lain lebih memilih jalur Graphical User Interface (GUI), maka linux yang ada saat ini dikembangkan untuk dapat hidup dengan menggabungkan antara Text Based dan GUI tersebut. atau kalau mau disebut sebagai hermaphrodite juga ngga apa-apa.. 😀

Continue reading

Standard
Bebas

Mengganti Start Page Firefox

Di beberapa hari ini rasa suntuk selalu hadir. Mungkin ini yang biasa disebut demam workaholic, demam dimana ketika sama sekali tak ada kerjaan malah jadi lemas, kurang bergairah..

Maka pelampiasannya biasanya tak jauh-jauh dari sekitar. Ada yang melampiaskan dengan pacar-pacar, ada yang mencoba malah pergi jauh sekalian.

Dimulai dengan pekerjaan membuatkan website SMP Al-Islam 1 Surakarta, sampai dengan asistensi website Pemerintah Kota Surakarta yang mewajibkan absen ke Balaikota tiap hari (seperti minum obat wae.. ). Belum juga website Resmi Pattiro Surakarta. Semua serba bareng.. wuaah.. Dan setelah hanya tinggal asistensi di Website Pemkot dan Website Pattiro Surakarta saja, maka banyak waktu luang untuk memanjakan diri lagi.. :D. Waktunya untuk mengoprek si Jaunty lagi agar ngga membosankan.. dan agar dia juga sedikit lebih ganteng.. 😉

Di karenakan si Jaunty ini ditanamkan di sebuah Laptop tua dengan spesifikasi yang ala jaman dulu kala, maka software yang bisa ditanam juga terbatas. Untuk moding tampilan, minimalis adalah pilihan yang pas.
Congky adalah salah satu. Selain resourcenya tidak terlalu besar, editannya pun juga lumayan mudah.

Setelah berbasa-basi dengan congky, maka selanjutnya adalah tema.
Rupanya kesan gahar sudah lama banget ngga dipakai si Jaunty.. Akhirnya cari-cari lagi tema yang pas dihasil download lama, dan dipilihlah tema Murreza Silver. Tema dengan engine Murrine dan Metacity-nya menggunakan Lifestyle. (kalau ditanya dimana downloadnya, ane lupa.. 😀). Emerald sempat menjadi pilihan, tapi karena lumayan berat jg, ya masuk jg alasan untuk dihapus lagi.. 😀

Nah, untuk fontnya, pakai yang kecil2, agar rasanya semakin elegan gaharnya.. :D, terpakailah Candara sebagai font di sistem utama, dan Anorexia.se di Metacitynya dengan ukuran 7.2px dan RGB 100.. 😀

Lanjut, sekarang saatnya firefox.
Kenapa Firefox? Karena ini adalah salah satu dari sekian aplikasi yang paling sering digunakan selain gedit, dan terminal.
Nah, biasanya, startpage dari firefox adalah lugu biasa. Dengan background dasar putih dengan alamat (di Linux) adalah :
chrome://ubufox/content/startpage.html
pikir punya pikir, ini bisa diedit. bagaimana kalau disesuaikan dengan tema wae.. biar item-item sekalian..
dan akhirnya berhasil jg..
Caranya mudah kok, tinggal diganti wae alamatnya..
bukan ke alamat web yang sudah jadi, tapi ke folder dimana kita membuat script html kita..
misale kayak punyaku tak ganti ke
/home/irfan/.start_page/startpage.html
yang paling berat adalah belajar tentang htmlnya.. 😀

Standard