dik, kangmas tak bisa membelikanmu coklat. gula jawa saja ya? murah, meriah, dan mendukung produk lokal.. 😀
“Jika kamu bersyukur pasti Kutambah nikmatKu kepadamu; sebaliknya jika kamu mengingkari nikmat itu, tentu siksaanku lebih dahsyat. (Ibrahim: 7)”.
#jika aku mensyukuri jodoh yang Kau berikan, apakah akan Kau tambah lagi Tuhan.?
#b4|35 eeaa…
via Junus Ahmad
“Kebijaksanaan bukan merupakan produk sekolah tapi upaya seumur hidup untuk mendapatkannya.”
Albert Einstein
Wiro Sableng: Sebuah Kenangan
Postingan ini hanya sekedar iseng untuk menceritakan masa kecil saya yang iseng, dan kemudian terbawa sampai sekarang. Pun tulisan ini terinspirasi dari mbak Qebo dan pengalaman kecilnya tentang Wiro Sableng yang membuat memori saya tentang Wiro Sableng muncul kembali.
Siapa yang tak kenal Wiro Sableng kalau anda kelahiran 80 an?
Saya menyukai tokoh ini bahkan sejak masih novel. Hampir seluruh novelnya sudah saya baca sejak kelas 1 SMP. Sampai episode terakhir. Kegilaan membaca saya yang pertama adalah pada novel Wiro Sableng ini.
Kebetulan adik ibu kos saya punya persewaaan buku. Sehingga saya punya akses yang lebih murah pada novel Wiro Sableng ini. Biasanya kalau orang umum Rp. 150,-Â per buku maka bagi saya dan teman kos yang lain cukup dengan Rp. 150,- untuk 2 buku.
Pada saat saya duduk di kelas 2 SMP, novel inipun dibuat sinetronnya. Dan akhirnya sempat ngetop pada tahun 96-97an. Mungkin karena saking kurangnya tontonan bagus di kala itu, jadilah Wiro Sableng sebagai favorit tontonan saya kalau minggu pulang ke rumah. Oh iya, sejak SMP saya sudah kos sendiri.. 🙂
Dan yang membuat saya paling semangat lagi, adalah karena Kepala Sekolah saya waktu itu pernah jadi salah satu figuran. Iya, figuran saja. Tak kurang tak lebih. Tapi semenjak hal itu diumumkan di upacara bendera, saya sudah menunggu hingga hari Ahad menjelang. Tak sabar rasanya untuk pulang kampung dan kemudian duduk menunggu sampai pemutaran Wiro Sableng jam 11an siang.