Tulisan Bebas

(Sudah) 2 Tahun Pernikahan

Tadi pagi gawai saya berbunyi. Penanda dari Google Calendar menyatakan bahwa hari ini adalah ulang tahun ke 2 pernikahan kami. Agak terkejut, karena rasanya baru beberapa hari yang lalu saya mengucapkan ijab kabul di hadapan penghulu KUA dengan Ayah mertua dan Paklik sebagai saksi.

11260389_414663002078340_1831993915_nIstri bangun, dan dia juga mendapatkan notifikasi yang sama. Kami saling berpandangan, kikuk, dan dengan tatapan bingung. Serasa tak percaya dia juga mengucapkan “Happy Anniversary..“. Dia bertanya, kamu mau memberi aku apa, aku jawab saja semua sudah kuberikan. 😀

Setahun awal kami melewatinya dengan saling berjauhan dan hanya bertemu Jum’at malam sampai Minggu, karena istri bekerja di Semarang dan saya di Solo. Pengalaman yang nganyelné menurut saya. Lha bagaimana tidak selesai ijab besoknya sudah ditinggal kerja. Baru ketemu lagi pas mau resepsi nikah.

Kira-kira hampir 10 bulanan seperti itu, akhirnya permohonan istri untuk pindah ke Solo dikabulkan oleh perusahaannya. Namun hal tersebut jadi masalah baru, karena kami sama sekali belum punya rumah sendiri. 1,5 bulan hidup di rumah mertua ternyata ndak ada enak-enaknya..

Akhirnya, setelah mencari sekian lama dan melalui beberapa saran dari teman kami memutuskan untuk membeli mengontrak rumah sendiri. Isi kontrakan hanya kasur, televisi, akuarium, meja makan, kursi tiga dan beberapa peralatan makan. Kompor, kulkas, bahkan lemaripun kami belum punya. Lha kok itu, wong gordennya aja belum terpasang. Setiap ada rezeki sedikit, kami mencicil untuk membeli kebutuhan rumah. Mulai dari kompor, penanak nasi, rak piring, dan lain sebagainya. Hingga sekarang rumah rasanya sudah hampir penuh saja.

Namun bukan itu saja cobaan yang kami alami. Setelah kepindahannya ke Solo, istri harus masuk ruang operasi 2 kali. Yang pertama gejala autoimmune, ditandai dengan panas yang hampir 40º C di setiap malam. Setelah gejala tersebut sembuh dilanjutkan operasi kista yang sudah lama ada di rahim istri dengan maksud sekalian masuk rumah sakit. Beruntung saat itu kami mendapatkan kemudahan dari BPJS sehingga biaya rumah sakit tidak terlampau tinggi.

Setelah operasi pertama, dilanjutkan dengan terapi selama 4 bulan. Saat kontrol terakhir menurut dokter istri harus operasi lagi karena kista-nya tumbuh lagi di sebelah kanan. Di waktu yang bersamaan, istri juga mendapatkan kesempatan berwisata ke Korea dari kantornya. Istri memutuskan untuk melanjutkan operasi dengan harapan setelah operasi yang kedua ini dia bisa langsung sehat seperti setelah operasi yang pertama. Ternyata ada kehendak lain dari Yang Maha Esa, istri tidak boleh langsung keluar rumah sakit, sehingga harus istirahat total. Dia didiagnosa menderita TBC Usus.

Kalau saat ini saya ditanya apakah saya bahagia, akan saya jawab iya. Karena ditengah berbagai cobaan tersebut saya masih menemukan detil-detil ketangguhan istri. Dia memang tidak seperti perempuan lain yang bisa masak, setiap pagi menyiapkan kopi atau berbelanja sayuran di depan rumah sambil merumpi.

Dia adalah antitesanya. Dia jarang menyapu rumah, dia lebih sering membawa sayur dari rumah mertua, dia juga jarang membuatkan kopi. Tapi dia adalah perempuan yang apa adanya, tidak manja, jujur dan tegas. Dia tidak ngoyo untuk mengejar karirnya. Dia biasa saja, itu yang aku suka darinya.

Happy Anniversary Istri..

Standard

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *